Selasa, 06 November 2007

Belum Ada (Takkan Ada) Presiden Seberani Soekarno


Tak ada yang meragukan lagi keberanian presiden pertama kita itu, mungkin karena pengalaman hidup yang pahit sejak masa pra kemerdekaan dulu yang beberapa kali ditawan, dipenjara dan diasingkan, bahkan hingga menjelang ajal menjemput, Bapak yang satu ini pun harus rela diisolasi oleh penerusnya sendiri (walaupun dengan cara yang lebih halus). Kepemimpinan yang sangat teguh dalam memperjuangkan harga diri bangsa membuatnya disegani dua raksasa dunia. Amerika dan Uni Soviet. Harga diri bangsa, hmm tampaknya kini tinggal impian bagi rakyat yang hidup saat ini. Bagaimana tidak? Dimana harga diri bangsa, saat TKI kita disiksa oleh Negara tetangga, saat kapal-kapal Malaysia menyenggol tapal batas di Ambalat, saat burung-burung besi F-16 USAF merobek angkasa Indonesia tanpa merasa bersalah, saat pasir-pasir laut kita dicuri Singapura, saat INDOSAT, BCA dijual ke pihak luar. Belum lagi saat ini otak anak-anak muda hanya dipenuhi oleh BREADTALK, STARBUCKS, MC D, yang kesemuanya murni produk luar dengan dibantu tenaga kita yang dibayar sangat murah dalam operasionalnya.
Soekarno begitu dicintai rakyatnya, menurut cerita kakek saya, dulu sering dijumpai pemandangan orang-orang desa berjalan kaki atau naik gerobak sapi berkilo-kilometer hanya untuk melihat langsung dan mendengar pidato Bung karno. Dan ini berjalan sangat alami, tidak bisa disamakan dengan era Soeharto dimana semua alat Negara dari Bupati, Camat, Lurah, Koramil, Polisi, Guru dikerahkan untuk mencari masa demi menunjukkan kepada dunia, bahwa pemerintahan Soeharto begitu direstui oleh rakyatnya.
Pidato seorang Soekarno pun sering membuat forum PBB terhenyak, suaranya menggelegar-gelegar membangunkan para delegasi dari kebosanan mengikuti konferensi.
Sekarang kita hanya bangsa kecil, bangsa yang dianggap sarang teroris yang membuat yang mulia Presiden Amerika merasa pantatnya gatal untuk duduk berlama-lama saat kunjungannya ke Bogor beberapa waktu silam. Tampaknya sekelumit tulisan Bung Karno dalam Autobiografinya patut kita renungkan lagi

"Aku ingin Indonesia dikenal orang, aku ingin dunia tahu bagaimana rupa orang Indonesia dan melihat bahwa kami bukan ‘bangsa yang tolol’ seperti orang Belanda berulang-ulang menyebut kami, bukan lagi ‘inlader goblok yang hanya pantas diludahi’, bahwa kami bukanlah lagi penduduk kelas dua yang berjalan merunduk-runduk dengan memakai sarung dan ikat kepala, membungkuk-bungkukkan diri seperti yang diinginkan oleh majikan-majikan kolonial kami dulu"

Tidak ada komentar:

 
gitamarhendra@2007 all right reserved