Rabu, 10 Oktober 2007

NOmor Hape Saya


Masih ada sedikit kaitan tentang artikel sebelumnya, nomor saya memang membawa kisah spesial, minimal bagi saya sendiri. Hampir semua orang sedikit mengangkat topi mengetahui nomor saya yang mereka bilang cantik, dengan dibumbui komentar “ah terang aja, wong kamu kerja di operator telekomunikasi mau bikin nomor kayak apapun pasti bisa”, yang biasanya saya balas dengan ledekan bernada sombong “Ya pastilah, bahkan pulsa aja mau berapapun, saya tinggal nulis kok!!!”, padahal kenyataan sebenarnya tidaklah semudah yang mereka bayangkan, la wong saya ini cuma buruh yang dikasih dasi. Bahasa jawanya “gedibal didandani rojo”.
Nomor tersebut saya peroleh dari tukar guling dengan seorang cewek rekan seprofesi. Orangnya manis sih, putih, berperawakan tinggi dan supel. Wajar aja kalau dibulan-bulan pertama saya sering nerima telpon menanyakan keberadaan teman saya tadi, sebut saja si Y. Rata-rata dari para laki-laki, yang dari gaya bicaranya sih mereka adalah penggemar si Y. Tapi sesuai dengan pesan khusus si Y, saya bilang kalau saya tidak tahu menahu tentang si Y, saya dapat nomor ini dari sebuah counter HP bla..bla…bla. Tapi kadang kalo pas lagi butuh media pelampiasan emosi, saya interogasi sambil sedikit membentak orang di seberang sana, dan ngaku kalo saya adalah tunangannya si Y, dan mereka langsung tampak ketakutan, he he he lumayan juga menurunkan kadar sakit kepala! Maaf ya Y. Akhirnya lama-lama gak ada lagi yang menelpon menanyakan si Y.
Pernah ada seorang warga keturunan yang menawar nomor saya itu seharga Rp. 1,5 juta, namun karena saya sedang dipenuhi lautan kebanggan dan merasa sayang terhadap nomor itu, saya tidak melepasnya. Gimana kalau 10 juta om, saya mencoba memberi harga yang fantastis, si om kelihatan mengernyitkan dahi. Andai saja dia memenuhi permintaan saya saat itu, wow begitu kayanya saya sekarang. Tapi nomor hape si om masih saya simpan sampai sekarang, siapa tahu suatu saat kepepet butuh uang he he. Sekali lagi maaf ya Y, nomor pemberianmu malah tak jadikan investasi.
Nomor saya memang mudah dihapal, bahkan banyak orang yang baru kenal saya tapi langsung hapal nomor tersebut. Saking sayangnya dengan nomor itu, saya tetap kekeuh tidak mau ganti nomor bahkan saat ada teror dari seseorang yang merasa kalah dalam persaingan cinta dengan saya. Tiap hari minimal sekali dia sms penuh dengan kata-kata umpatan dan sumpah serapah. Ya tak cuekin aja, anggap aja saya lagi berlangganan layanan sms premium. Gratis lagi!! Silahkan sms terus sampai jari anda tinggal tiga!!

Ada hal sepele tapi kadang menjengkelkan, kebetulan nomor saya mirip banget (cuma beda satu nomor di tengah) dengan nomor online sebuah radio swasta terkenal di kota ini yang mayoritas pendengarnya adalah kawula muda. Ada saja sms atau telpon nyasar ke hape saya, yang paling sering adalah sms request lagu. Dan parahnya kalo pas malam hari, saat mata baru tidur-tidur ayam tahu-tahu ada sms “bos, minta lagu s.o.a.d yang toxity, please ya, gw gak bisa tidur kalo belum dengar lagu itu, salam buat anak2 Smanega dan anak nongkrong di wedangan Pak Paidi, dari Kento “ DAMN!! Guwe baru aja mau tidur, kalo gak ada sms dari lu nyong!!
Walau sering dapet sms nyasar, biasanya sih tak cuekin aja, sambil berpikir kasihan ya udah buang pulsa, tapi gak dibacain ma penyiarnya, kalo pas lagi gokil saya balesin juga tuh sms “Maaf nomor radio itu ada di nomor sekian, ini nomor manajer broadcastingnya, jangan sampai salah nomor lagi ya dik!!”, eh kadang masih ada yang bales juga “Maaf, maaf lain kali tidak saya ulangi lagi, habis nomornya mirip sekali seeh, btw boleh kenalan gak, eh anda cewek atau cowok” Glodak!! Pernah juga aku iseng sms ke nomor radio itu, yah request lagu juga sih, trus si penyiar bilang, waduh mas nomornya kok mirip sekali dengan nomor radio kita, jangan-jangan tetangga lagi.

Tidak ada komentar:

 
gitamarhendra@2007 all right reserved